Langsung ke konten utama

Minyak Liturgi dalam Gereja Katolik

Makna Minyak yang digunakan Dalam Gereja Katolik

Sama seperti Sakramen, Minyak memiliki makna sebagai tanda/simbol dari Allah kepada umatnya. Simbol tersebut menyambungkan significans (tanda eksternal, yang menandakan) dan significatum (tanda eksternal, yang ditandakan). Minyak dipakai sebagai ungkapan figuratif: simbol kelimpahan (Yoel 2:24), kata-kata lembut (Ams. 5:3), kegembiraan (Yes. 61:3), kesatuan fraternal (Mzm. 132:1-2), dan pengaruh Roh Kudus (1 Yoh. 2:20, 27).
Umumnya Minyak Liturgi terbuat dari pohon Zaitun, namun menurut buku-buku pontifikal Romawi (1970) minyak liturgi juga dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan lain dan khusus untuk minyak krisma, diberikan campuran balsam atau minyak dari bunga-bunga.

Minyak dalam Kitab Suci

Dalam Kitab Suci, minyak digunakan sebagai:
  • Bahan untuk bumbu masak (Bil. 11:8)
  • Bahan bakar untuk lampu (Mat. 25:1-9)
  • Bahan untuk menyembuhkan luka-luka (Luk. 10:34; Yes. 1:6)
  • Pengurapan raja-raja (1 Sam. 10:1; 16:1,13), para imam (Kel. 29:7), dan nabi-nabi
  • Tanda penghormatan (Luk. 7:46)

3 Jenis Minyak yang digunakan oleh Gereja

  1. OC (Oleum Cathecumenorum): Minyak untuk katekumen melambangkan daya kekuatan Allah yang memberi kekuatan bagi perjuangan.
  2. OI (Oleum Infirmorum): Minyak untuk orang sakit melambangkan daya kekuatan Allah yang menyembuhkan.
  3. SC (Sanctum Chrisma): Minyak untuk calon Krisma, untuk mengurapi baptisan baru, calon imam, calon uskup, gereja dan altar, dll., yang melambangkan daya kekuatan Allah yang memberi kekuatan bagi perjuangan hidup (krisma) dan penyertaan Allah dalam tugas kepemimpinan (tahbisan).